Sampah makan menjadi penyumbang signifikan sampah domestik di kabupaten BI. Data dari dinas lingkungan hidup kabupaten BI pada 2020 menyebutkna bahwa sampah makanan merupakan jenis sampah terbanyak yang timbul yatu 39.8 persen dari seluruh jenis sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Kondisi ini mendororong pihak yang peduli lingkungan menciptakan solusi agar mengurangi sampah makanan. Saputra, peneliti di bidang teknologi, mengembangkan aplikasi digital "surplus" yang membantu pengelolaan sampah makanan di toko usaha kuliner.
Aplikasi yang di luncurkan pada maret 2020 ini mengajak masyarakat untuk mengubah kebiasaan buruk membuang makanan dan menjadi seorang food waste hero. Tidak hanya menawarkan makanan yang hemat dan nikmat, surplus juga hadir dengan konsep mengurangi sampah makanan demi lingkungan yang berkelanjutan. Walaupun makanan yang di jual mendapatkan potongan harga, para pelaku usaha kuliner yang bekerjasama dengan surplus tidak mengalami kerugian, Hal ini karena surplus mempermudah para pelaku usaha kuliner yang belum terjual di penghujung hari sehingga tidak terbuang secara sia-sia. Hal tersebut dapat menjadi peluang bagi pemilik bisnis untuk mendapatkan keuntungan lebih, menarik pelanggan baru, mengurangi biaya pembuangan sampah dan sekaligus menjadi green restaurant. Aplikasi surplus sendiri dapat di unduh secara gratis dan telah tersedia di google play stor dan app store. Namun untuk saat ini, Surplus hanya dapat di akses di kota besar di kabupaten BI saja. Aplikasi sangat familiar pada pelaku usaha kuliner kekinian, namun sebaliknya , kurang di sambut baik oleh pelaku usaha kuliner di daerah swasta. Selain karena masih banyak yang tidak menggunakan samrtphone, juga dikarenakan area wisata yang jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak banyak pelanggan yang mengakses.
Berdasarkan grafik diatas, prediksi yang mungkin dilakukan oleh pengembang Surplus dalam pengelolaan sampah makanan di tahun selanjutnya adalah .....