1. 

Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 173 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 69 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Selasa (11/2/2025) pukul 11.03 WIB. Dari 173 titik panas terdeteksi, 3 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 163 titik skala sedang, dan 7 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Barat sebanyak 38 titik. Sulawesi Tengah menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 24 titik. Riau berada di posisi ketiga sebanyak 20 titik panas.
Sebanyak 13 titik panas terdeteksi di Maluku Utara, Sumatera Barat menyusul dengan 11 titik panas, serta Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan masing-masing memiliki 8 dan 7 titik panas terdeteksi. Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan. Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
 
Jika tren peningkatan jumlah titik panas terus terjadi dengan pola yang sama seperti kenaikan 69 titik dibanding periode sebelumnya, berapa total titik panas yang diperkirakan akan terdeteksi dalam dua periode pemantauan berikutnya?

2. 

Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 173 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 69 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Selasa (11/2/2025) pukul 11.03 WIB. Dari 173 titik panas terdeteksi, 3 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 163 titik skala sedang, dan 7 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Barat sebanyak 38 titik. Sulawesi Tengah menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 24 titik. Riau berada di posisi ketiga sebanyak 20 titik panas.
Sebanyak 13 titik panas terdeteksi di Maluku Utara, Sumatera Barat menyusul dengan 11 titik panas, serta Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan masing-masing memiliki 8 dan 7 titik panas terdeteksi. Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan. Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
 
Jika dalam suatu provinsi terjadi peningkatan signifikan dalam jumlah titik panas dari skala sedang ke skala tinggi, langkah apa yang sebaiknya diambil oleh pemerintah daerah dalam mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan?

3. 

Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 173 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 69 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Selasa (11/2/2025) pukul 11.03 WIB. Dari 173 titik panas terdeteksi, 3 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 163 titik skala sedang, dan 7 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Barat sebanyak 38 titik. Sulawesi Tengah menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 24 titik. Riau berada di posisi ketiga sebanyak 20 titik panas.
Sebanyak 13 titik panas terdeteksi di Maluku Utara, Sumatera Barat menyusul dengan 11 titik panas, serta Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan masing-masing memiliki 8 dan 7 titik panas terdeteksi. Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan. Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
 
Jika dalam periode pemantauan berikutnya ditemukan bahwa jumlah titik panas di Sulawesi Tengah meningkat menjadi 30 titik, sedangkan di Riau tetap 20 titik, bagaimana perubahan peringkat provinsi dengan titik panas terbanyak?

4. 

Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 173 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 69 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Selasa (11/2/2025) pukul 11.03 WIB. Dari 173 titik panas terdeteksi, 3 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 163 titik skala sedang, dan 7 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Barat sebanyak 38 titik. Sulawesi Tengah menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 24 titik. Riau berada di posisi ketiga sebanyak 20 titik panas.
Sebanyak 13 titik panas terdeteksi di Maluku Utara, Sumatera Barat menyusul dengan 11 titik panas, serta Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan masing-masing memiliki 8 dan 7 titik panas terdeteksi. Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan. Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
 
Berdasarkan deskripsi, titik panas adalah indikasi awal potensi kebakaran hutan dan lahan. Bagaimana teknologi penginderaan jauh dapat membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan ini secara efektif?

5. 

Terdapat sejumlah masalah yang dihadapi oleh industri pariwisata, terutama sejak pandemi COVID-9. Adanya pembatasan sosial berskala besar dan penutupan akses keluar-masuk Negara X mengakibatkan jumlah wisatawan asing yang berkunjung menurun drastis. Menurut Kementerian Pariwisata, sepanjang tahun 2020, total wisatawan asing yang masuk ke Negara X adalah 4.052 atau  seperempat dari jumlah wisatawan asing tahun sebelumnya. Dampak lain dari pandemi adalah adanya pengurangan jam kerja bagi para pegawai di berbagai lapangan pekerjaan di sektor pariwisata. Bahkan sebagian pekerja tidak mendapat jam keria atau dengan kata lain diberhentikan sementara.
 
Untuk menyelamatkan pariwisata Negara X, Kementerian Pariwisata melakukan beragam upaya yang terbagi dalam 3 fase, yaitu Tanggap Darurat, Pemulihan, dan Normalisasi. Pada fase Tanggap Darurat digalakkan program perlindungan sosial, optimalisasi kreativitas dan produktivitas selama bekerja dari rumah, serta persiapan pemulihan. Pada fase Pemulihan, dilakukan pembukaan bertahap tempat-tempat wisata dengan penerapan protokol kesehatan CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability). Pada fase normalisasi, dilakukan persiapan destinasi Wisata dengan protokol CHSE, upaya peningkatan minat pasar, hingga diskon wisata. Kementrian Pariwisata juga menyiapkan tim khusus di setiap kota yang menjadi penanggung jawab upaya penyelamatan sektor wisata di masa pandemi. Keberhasilan tim khusus dalam menjalankan misi penyelamatan sektor wisata selama pandemi dilihat dari jumlah wiastawan yang datang ke kota tersebut selama 3 fase.
 
Grafik berikut menunjukkan perkembangan jumlah wisatawan di tiap 3 fase penyelamatan di 4 kota/kabupaten di Negara X.

Berdasarkan bacaan di atas penyebab utama Kementrian pariwisata bergerak cepat melakukan penyelamatan industri pariwisata adalah....

6. 

Terdapat sejumlah masalah yang dihadapi oleh industri pariwisata, terutama sejak pandemi COVID-9. Adanya pembatasan sosial berskala besar dan penutupan akses keluar-masuk Negara X mengakibatkan jumlah wisatawan asing yang berkunjung menurun drastis. Menurut Kementerian Pariwisata, sepanjang tahun 2020, total wisatawan asing yang masuk ke Negara X adalah 4.052 atau  seperempat dari jumlah wisatawan asing tahun sebelumnya. Dampak lain dari pandemi adalah adanya pengurangan jam kerja bagi para pegawai di berbagai lapangan pekerjaan di sektor pariwisata. Bahkan sebagian pekerja tidak mendapat jam keria atau dengan kata lain diberhentikan sementara.
 
Untuk menyelamatkan pariwisata Negara X, Kementerian Pariwisata melakukan beragam upaya yang terbagi dalam 3 fase, yaitu Tanggap Darurat, Pemulihan, dan Normalisasi. Pada fase Tanggap Darurat digalakkan program perlindungan sosial, optimalisasi kreativitas dan produktivitas selama bekerja dari rumah, serta persiapan pemulihan. Pada fase Pemulihan, dilakukan pembukaan bertahap tempat-tempat wisata dengan penerapan protokol kesehatan CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability). Pada fase normalisasi, dilakukan persiapan destinasi Wisata dengan protokol CHSE, upaya peningkatan minat pasar, hingga diskon wisata. Kementrian Pariwisata juga menyiapkan tim khusus di setiap kota yang menjadi penanggung jawab upaya penyelamatan sektor wisata di masa pandemi. Keberhasilan tim khusus dalam menjalankan misi penyelamatan sektor wisata selama pandemi dilihat dari jumlah wiastawan yang datang ke kota tersebut selama 3 fase.
 
Grafik berikut menunjukkan perkembangan jumlah wisatawan di tiap 3 fase penyelamatan di 4 kota/kabupaten di Negara X.

Simpulan yang tepat berdasarkan grafik di atas adalah.....

7. 

Terdapat sejumlah masalah yang dihadapi oleh industri pariwisata, terutama sejak pandemi COVID-9. Adanya pembatasan sosial berskala besar dan penutupan akses keluar-masuk Negara X mengakibatkan jumlah wisatawan asing yang berkunjung menurun drastis. Menurut Kementerian Pariwisata, sepanjang tahun 2020, total wisatawan asing yang masuk ke Negara X adalah 4.052 atau  seperempat dari jumlah wisatawan asing tahun sebelumnya. Dampak lain dari pandemi adalah adanya pengurangan jam kerja bagi para pegawai di berbagai lapangan pekerjaan di sektor pariwisata. Bahkan sebagian pekerja tidak mendapat jam keria atau dengan kata lain diberhentikan sementara.
 
Untuk menyelamatkan pariwisata Negara X, Kementerian Pariwisata melakukan beragam upaya yang terbagi dalam 3 fase, yaitu Tanggap Darurat, Pemulihan, dan Normalisasi. Pada fase Tanggap Darurat digalakkan program perlindungan sosial, optimalisasi kreativitas dan produktivitas selama bekerja dari rumah, serta persiapan pemulihan. Pada fase Pemulihan, dilakukan pembukaan bertahap tempat-tempat wisata dengan penerapan protokol kesehatan CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability). Pada fase normalisasi, dilakukan persiapan destinasi Wisata dengan protokol CHSE, upaya peningkatan minat pasar, hingga diskon wisata. Kementrian Pariwisata juga menyiapkan tim khusus di setiap kota yang menjadi penanggung jawab upaya penyelamatan sektor wisata di masa pandemi. Keberhasilan tim khusus dalam menjalankan misi penyelamatan sektor wisata selama pandemi dilihat dari jumlah wiastawan yang datang ke kota tersebut selama 3 fase.
 
Grafik berikut menunjukkan perkembangan jumlah wisatawan di tiap 3 fase penyelamatan di 4 kota/kabupaten di Negara X.

Berdasarkan 3 fase upaya penyelatnatan yang dilakukan Kementrian Pariwisata, usaha yang paling tepat dilakukan oleh pelaku usaha di sektor pariwisata sehingga 3 fase penyelamatan dapat berhasil dan bahkan meningkatkan industri pariwisata adalah ….

8. 

Terdapat sejumlah masalah yang dihadapi oleh industri pariwisata, terutama sejak pandemi COVID-9. Adanya pembatasan sosial berskala besar dan penutupan akses keluar-masuk Negara X mengakibatkan jumlah wisatawan asing yang berkunjung menurun drastis. Menurut Kementerian Pariwisata, sepanjang tahun 2020, total wisatawan asing yang masuk ke Negara X adalah 4.052 atau  seperempat dari jumlah wisatawan asing tahun sebelumnya. Dampak lain dari pandemi adalah adanya pengurangan jam kerja bagi para pegawai di berbagai lapangan pekerjaan di sektor pariwisata. Bahkan sebagian pekerja tidak mendapat jam keria atau dengan kata lain diberhentikan sementara.
 
Untuk menyelamatkan pariwisata Negara X, Kementerian Pariwisata melakukan beragam upaya yang terbagi dalam 3 fase, yaitu Tanggap Darurat, Pemulihan, dan Normalisasi. Pada fase Tanggap Darurat digalakkan program perlindungan sosial, optimalisasi kreativitas dan produktivitas selama bekerja dari rumah, serta persiapan pemulihan. Pada fase Pemulihan, dilakukan pembukaan bertahap tempat-tempat wisata dengan penerapan protokol kesehatan CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability). Pada fase normalisasi, dilakukan persiapan destinasi Wisata dengan protokol CHSE, upaya peningkatan minat pasar, hingga diskon wisata. Kementrian Pariwisata juga menyiapkan tim khusus di setiap kota yang menjadi penanggung jawab upaya penyelamatan sektor wisata di masa pandemi. Keberhasilan tim khusus dalam menjalankan misi penyelamatan sektor wisata selama pandemi dilihat dari jumlah wiastawan yang datang ke kota tersebut selama 3 fase.
 
Grafik berikut menunjukkan perkembangan jumlah wisatawan di tiap 3 fase penyelamatan di 4 kota/kabupaten di Negara X.

Berdasarkan grafik dan bacaan di atas, prediksi yang paling lepat dilakukan oleh Kementerian Pariwisata selanjutnya adalah ….

9. 

Harga sejumlah bahan pangan di D.I Yogyakarta hari ini terpantau turun dibanding kemarin.
Berdasarkan data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Senin (10/02/2025) pukul 08.17 WIB, dari 22 komoditas terdapat 10 komoditas naik dan 12 komoditas turun.
 
lKomoditas yang naik harga yaitu telur ayam ras, gula konsumsi, minyakita, kedelai biji kering (impor), dan daging ayam ras. Sementara, harga beberapa komoditas seperti ikan kembung, cabai merah keriting, minyak goreng kemasan, bawang putih bonggol, dan bawang merah menurun dibanding harga kemarin.
 
Komoditas ikan bandeng naik paling tinggi Rp3.437 (9,03%) menjadi Rp41.500 per kg. Adapun harga cabai merah keriting turun paling tajam Rp16.655 (31,48%) menjadi Rp36.250 per kg.
 
Berikut daftar lengkap harga 22 bahan pangan di D.I Yogyakarta menurut Bapanas 10 Februari 2025 pukul 08.17 WIB.
 
Daging Sapi Murni: Rp130.000 per kg (turun 3,75%), Cabai Rawit Merah: Rp57.500 per kg (turun 3,01%)
Cabai Merah Besar: Rp51.250 per kg (turun 9,52%), Ikan Bandeng: Rp41.500 per kg (naik 9,03%), Ikan Kembung: Rp37.667 per kg (turun 4,14%), Cabai Merah Keriting: Rp36.250 per kg (turun 31,48%), Bawang Putih Bonggol: Rp36.000 per kg (turun 4,64%), Daging Ayam Ras: Rp35.200 per kg (naik 3,2%),Ikan Tongkol: Rp34.500 per kg (naik 1,82%), Bawang Merah: Rp27.500 per kg (turun 14,18%), Telur Ayam Ras: Rp26.722 per kg (naik 1,37%), Minyak Goreng Kemasan: Rp18.300 per liter (turun 4,84%), Gula Konsumsi: Rp17.950 per kg (naik 1,02%), Minyakita: Rp17.375 per liter (naik 2,51%), Minyak Goreng Curah: Rp17.250 per liter (turun 0,73%), Beras Premium: Rp14.000 per kg (turun 1,64%), Beras Medium: Rp13.000 per kg (turun 0,31%), Beras SPHP: Rp12.458 per kg (naik 0,67%), Garam Halus Beryodium: Rp11.700 per kg (naik 2,63%), Tepung Terigu Kemasan: Rp11.000 per kg (turun 4,51%), Kedelai Biji Kering (Impor): Rp9.760 per kg (naik 0,71%), Tepung Terigu (Curah): Rp9.000 per kg (naik 2,41%)
Mengapa penurunan harga cabai merah keriting sebesar 31,48% dapat berdampak besar terhadap pasar?

10. 

11. 

Harga sejumlah bahan pangan di D.I Yogyakarta hari ini terpantau turun dibanding kemarin.
Berdasarkan data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Senin (10/02/2025) pukul 08.17 WIB, dari 22 komoditas terdapat 10 komoditas naik dan 12 komoditas turun.
 
lKomoditas yang naik harga yaitu telur ayam ras, gula konsumsi, minyakita, kedelai biji kering (impor), dan daging ayam ras. Sementara, harga beberapa komoditas seperti ikan kembung, cabai merah keriting, minyak goreng kemasan, bawang putih bonggol, dan bawang merah menurun dibanding harga kemarin.
 
Komoditas ikan bandeng naik paling tinggi Rp3.437 (9,03%) menjadi Rp41.500 per kg. Adapun harga cabai merah keriting turun paling tajam Rp16.655 (31,48%) menjadi Rp36.250 per kg.
 
Berikut daftar lengkap harga 22 bahan pangan di D.I Yogyakarta menurut Bapanas 10 Februari 2025 pukul 08.17 WIB.
 
Daging Sapi Murni: Rp130.000 per kg (turun 3,75%), Cabai Rawit Merah: Rp57.500 per kg (turun 3,01%)
Cabai Merah Besar: Rp51.250 per kg (turun 9,52%), Ikan Bandeng: Rp41.500 per kg (naik 9,03%), Ikan Kembung: Rp37.667 per kg (turun 4,14%), Cabai Merah Keriting: Rp36.250 per kg (turun 31,48%), Bawang Putih Bonggol: Rp36.000 per kg (turun 4,64%), Daging Ayam Ras: Rp35.200 per kg (naik 3,2%),Ikan Tongkol: Rp34.500 per kg (naik 1,82%), Bawang Merah: Rp27.500 per kg (turun 14,18%), Telur Ayam Ras: Rp26.722 per kg (naik 1,37%), Minyak Goreng Kemasan: Rp18.300 per liter (turun 4,84%), Gula Konsumsi: Rp17.950 per kg (naik 1,02%), Minyakita: Rp17.375 per liter (naik 2,51%), Minyak Goreng Curah: Rp17.250 per liter (turun 0,73%), Beras Premium: Rp14.000 per kg (turun 1,64%), Beras Medium: Rp13.000 per kg (turun 0,31%), Beras SPHP: Rp12.458 per kg (naik 0,67%), Garam Halus Beryodium: Rp11.700 per kg (naik 2,63%), Tepung Terigu Kemasan: Rp11.000 per kg (turun 4,51%), Kedelai Biji Kering (Impor): Rp9.760 per kg (naik 0,71%), Tepung Terigu (Curah): Rp9.000 per kg (naik 2,41

Jika harga beras premium mengalami penurunan sebesar 1,64% tetapi harga beras SPHP mengalami kenaikan 0,67%, bagaimana kemungkinan reaksi konsumen dalam memilih jenis beras?

12. 

Harga sejumlah bahan pangan di D.I Yogyakarta hari ini terpantau turun dibanding kemarin.
Berdasarkan data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Senin (10/02/2025) pukul 08.17 WIB, dari 22 komoditas terdapat 10 komoditas naik dan 12 komoditas turun.
 
lKomoditas yang naik harga yaitu telur ayam ras, gula konsumsi, minyakita, kedelai biji kering (impor), dan daging ayam ras. Sementara, harga beberapa komoditas seperti ikan kembung, cabai merah keriting, minyak goreng kemasan, bawang putih bonggol, dan bawang merah menurun dibanding harga kemarin.
 
Komoditas ikan bandeng naik paling tinggi Rp3.437 (9,03%) menjadi Rp41.500 per kg. Adapun harga cabai merah keriting turun paling tajam Rp16.655 (31,48%) menjadi Rp36.250 per kg.
 
Berikut daftar lengkap harga 22 bahan pangan di D.I Yogyakarta menurut Bapanas 10 Februari 2025 pukul 08.17 WIB.
 
Daging Sapi Murni: Rp130.000 per kg (turun 3,75%), Cabai Rawit Merah: Rp57.500 per kg (turun 3,01%)
Cabai Merah Besar: Rp51.250 per kg (turun 9,52%), Ikan Bandeng: Rp41.500 per kg (naik 9,03%), Ikan Kembung: Rp37.667 per kg (turun 4,14%), Cabai Merah Keriting: Rp36.250 per kg (turun 31,48%), Bawang Putih Bonggol: Rp36.000 per kg (turun 4,64%), Daging Ayam Ras: Rp35.200 per kg (naik 3,2%),Ikan Tongkol: Rp34.500 per kg (naik 1,82%), Bawang Merah: Rp27.500 per kg (turun 14,18%), Telur Ayam Ras: Rp26.722 per kg (naik 1,37%), Minyak Goreng Kemasan: Rp18.300 per liter (turun 4,84%), Gula Konsumsi: Rp17.950 per kg (naik 1,02%), Minyakita: Rp17.375 per liter (naik 2,51%), Minyak Goreng Curah: Rp17.250 per liter (turun 0,73%), Beras Premium: Rp14.000 per kg (turun 1,64%), Beras Medium: Rp13.000 per kg (turun 0,31%), Beras SPHP: Rp12.458 per kg (naik 0,67%), Garam Halus Beryodium: Rp11.700 per kg (naik 2,63%), Tepung Terigu Kemasan: Rp11.000 per kg (turun 4,51%), Kedelai Biji Kering (Impor): Rp9.760 per kg (naik 0,71%), Tepung Terigu (Curah): Rp9.000 per kg (naik 2,41

Pemerintah sering kali melakukan intervensi dalam pasar pangan untuk menjaga stabilitas harga. Jika harga bahan pokok seperti beras dan minyak goreng mengalami lonjakan tajam dalam waktu singkat, tindakan mana yang paling efektif untuk dilakukan pemerintah?

13. 

Harga sejumlah bahan pangan di D.I Yogyakarta hari ini terpantau turun dibanding kemarin.
Berdasarkan data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Senin (10/02/2025) pukul 08.17 WIB, dari 22 komoditas terdapat 10 komoditas naik dan 12 komoditas turun.
 
lKomoditas yang naik harga yaitu telur ayam ras, gula konsumsi, minyakita, kedelai biji kering (impor), dan daging ayam ras. Sementara, harga beberapa komoditas seperti ikan kembung, cabai merah keriting, minyak goreng kemasan, bawang putih bonggol, dan bawang merah menurun dibanding harga kemarin.
 
Komoditas ikan bandeng naik paling tinggi Rp3.437 (9,03%) menjadi Rp41.500 per kg. Adapun harga cabai merah keriting turun paling tajam Rp16.655 (31,48%) menjadi Rp36.250 per kg.
 
Berikut daftar lengkap harga 22 bahan pangan di D.I Yogyakarta menurut Bapanas 10 Februari 2025 pukul 08.17 WIB.
 
Daging Sapi Murni: Rp130.000 per kg (turun 3,75%), Cabai Rawit Merah: Rp57.500 per kg (turun 3,01%)
Cabai Merah Besar: Rp51.250 per kg (turun 9,52%), Ikan Bandeng: Rp41.500 per kg (naik 9,03%), Ikan Kembung: Rp37.667 per kg (turun 4,14%), Cabai Merah Keriting: Rp36.250 per kg (turun 31,48%), Bawang Putih Bonggol: Rp36.000 per kg (turun 4,64%), Daging Ayam Ras: Rp35.200 per kg (naik 3,2%),Ikan Tongkol: Rp34.500 per kg (naik 1,82%), Bawang Merah: Rp27.500 per kg (turun 14,18%), Telur Ayam Ras: Rp26.722 per kg (naik 1,37%), Minyak Goreng Kemasan: Rp18.300 per liter (turun 4,84%), Gula Konsumsi: Rp17.950 per kg (naik 1,02%), Minyakita: Rp17.375 per liter (naik 2,51%), Minyak Goreng Curah: Rp17.250 per liter (turun 0,73%), Beras Premium: Rp14.000 per kg (turun 1,64%), Beras Medium: Rp13.000 per kg (turun 0,31%), Beras SPHP: Rp12.458 per kg (naik 0,67%), Garam Halus Beryodium: Rp11.700 per kg (naik 2,63%), Tepung Terigu Kemasan: Rp11.000 per kg (turun 4,51%), Kedelai Biji Kering (Impor): Rp9.760 per kg (naik 0,71%), Tepung Terigu (Curah): Rp9.000 per kg (naik 2,41

Harga minyak goreng kemasan mengalami penurunan 4,84% dibandingkan hari sebelumnya. Apa dampak yang paling mungkin terjadi akibat penurunan harga ini bagi pelaku industri makanan?